Wasekjen PBNU Imam Pituduh membenarkan saat ini ekosistem digital berkembang sangat pesat, termasuk dalam konteks penyebaran isu politik, sosial, keagamaan serta isu lainnya. |
TAJUKNEWS.COM, Jakarta. – Danone Indonesia mendukung peningkatan potensi Warga Nahdliyin (Nahdlatul Ulama/ NU) khususnya generasi muda NU dalam bidang digital melalui seminar "Digital Preneurship : Menuju Kedaulatan Digital Indonesia” yang diselenggarakan oleh Universitas Wahid Hasyim dan NU Digital Services (NU Channel).
Dalam kesempatan tersebut, Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin menyampaikan bagaimana digitalisasi menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam pengembangan dan pemberdayaan mitra & UMKM yang dilakukan Danone Indonesia. "Melalui berbagai program dan bentuk kerjasama, Danone Indonesia terus berkomitmen untuk melakukan pemberdayaan terhadap komunitas, mitra, dan UMKM melalui digital. Terlebih kondisi pandemi Covid 19 membuat perkembangan digital menjadi semakin relevan saat ini," ujar Arif, di Jakarta, 19/Maret/2021.
Produk produk Danone Indonesia termasuk AQUA, VIT dan susu anak SGM Eksplor, Bebelac dan Nutrilon saat ini dijual oleh lebih dari 1 juta pedagang yang sebagian besar pedagang kecil dan menengah (UMKM) termasuk warga Nahdliyin. Di era digitalisasi ini, Danone di Indonesia aktif memberikan edukasi bagaimana mengembangkan usaha kecil dan menengah melalui digital e-commerce. Edukasi dilakukan melalui kemitraan dengan berbagai pihak baik pihak pemerintah, swasta maupun organisasi kemasyarakatan, Arif menjelaskan.
Digitalisasi dalam berbagai aspek terlihat dari peningkatan pengguna internet sebesar 14,6% atau menjadi 196 juta pengguna pada 2020. Sementara, pengguna media sosial aktif pada Januari 2021 mencapai sebanyak 170 juta atau naik 12% dibandingkan dengan tahun 2019. Era digital menghadirkan berbagai kemudahan yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan informasi maupun pemanfaatan untuk kepentingan sosial ekonomi. Namun, dibalik itu, kemajuan digital juga membuka ruang bagi kehadiran informasi yang salah atau berita-berita tidak benar tentang suatu peristiwa yang meresahkan publik, yang saat ini dikenal dengan HOAX.
Kemenkominfo mencatat di Indonesia terdapat sekitar 800.000 situs yang terindikasi sebagai penyebar informasi palsu yang dimanfaatkan oknum tertentu untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya dengan cara menyebarkan konten-konten negatif yang menimbulkan keresahan dan saling mencurigai di masyarakat. Diantara informasi meresahkan yang dalam beberapa waktu terakhir banyak beredar adalah perihal vaksinasi Covid 19 dan juga HOAX kandungan BPA dalam kemasan galon guna ulang.
“Digitalisasi selain penting untuk perkembangan ekonomi masyarakat, tetapi juga harus diwaspadai terkait hoax dan disinformasi. Banyak sekali hoax dan disinformasi setiap hari kita terima. Oleh sebab itu, sebaiknya kita harus selalu mengingat untuk melalukan "saring sebelum sharing",” jelas Arif Mujahidin.
Senada dengan Arif, Wasekjen PBNU Imam Pituduh membenarkan saat ini ekosistem digital berkembang sangat pesat, termasuk dalam konteks penyebaran isu politik, sosial, keagamaan serta isu lainnya. “Bagi NU, perlu ada handling serius soal HOAX, khususnya membangun dan mengembangkan narasi-narasi positif yang lebih intensif dalam wujud konten yang kreatif, sehingga penyebaran berita bohong, fitnah, polarisasi, dan radikalisme yang selama ini terjadi dapat diatasi dengan baik," jelas Imam Pituduh.
Keberadaan Warga Nahdliyin yang saat ini berjumlah 100 juta jiwa berikut jejaring desa, komunitas dan UMKM merupakan potensi yang dapat menjadi modal untuk meningkatkan kapabilitas dan daya saing Indonesia. "Produktifitas anak-anak muda NU yang memiliki karakter entrepreneur dan kreatif dapat menjadi tumpuan strategis pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional. Kehadiran komunitas Digital Preneurship NU dengan didukung kolaborasi multipihak diharapkan mampu menjadi bagian dari upaya untuk menyusun peta jalan (road map) bagi terwujudnya Kedaulatan Digital Indonesia," tambah Imam.
©Sonny/Tajuknews.com/tjk/Maret/2021.