|

IKLAN BANNER

IKLAN BANNER
PEMILU 2024

Eksistensi Milenial Dalam Menangkal Hoaks

 

Generasi muda dipercaya memiliki peran yang sangat penting, Sebab, kaum milenial kini tak dapat dipisahkan dengan ruang digital, Jakarta, 16/06/2022. Penyebaran hoaks banyak terjadi di media sosial, penyelenggara platform harus dilibatkan untuk melawan hoaks. ©Sonny/Tajuknews.com/tjk/06/2022.

TAJUKNEWS.COM, Jakarta. –Tekhnologi digital yang kini menggeliat begitu pesat, menyimpan sisi ibarat  dua mata pisau. Selain memberikan segala keuntungan, ruang digital juga mampu memberi para penggunanya dengan hal negatif. Salah satunya, keberadaan kabar hoaks yang sering kali dijumpai. 

Dalam hal ini, generasi muda dipercaya memiliki peran yang sangat penting. Khususnya dalam perkembangan tekhnologi dan media sosial. Sebab, kaum milenial kini tak dapat dipisahkan dengan ruang digital. 


Anggota Komisi 1 DPR RI,  Yan Permenas Mandenas, S.Sos., M. Si memaparkan bahwa di era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video.

"Penyebaran hoaks banyak terjadi di media sosial, penyelenggara platform harus dilibatkan untuk melawan hoaks. Selain itu, perlu ada edukasi bagi masyarakat untuk melapor bila menemukan hoaks dan pelakunya. Selain melalui jalur pemerintah, sekarang ini muncul gerakan masyarakat yang peduli terhadap peredaran berita palsu, antara lain adalah Masyarakat Indonesia Anti Hoaks," paparnya dalam webinar Ngobrol Bareng Legislator bertajuk "Eksistensi Milenial Dalam Menangkal Hoaks" pada Rabu (16/6/2022). 


Senada dengannya, Dosen Komunikasi Politik FISIP UHAMKA, Verdi Firmantoro S. I. Kom. M.I. Kom menerangkan, eksistensi yang dibutuhkan adalah bukan hanya tentang hal sensai, namun upaya membangun listerasi dan bagaimana kemudian membangun empati, sampai kemudian kita saling kolaborasi. 


"Itulah yang harus kita bangun. Dan itu merupakan bendungan kita dalam menghadapi hoaks di dalam informasi. Eksistensi milenial dalam menangkal hoaks tidak hanya pada usia muda, namun kepada siapa saja yang mempunyai semangat dalam menangkal hoak," terangnya. 

Menurutnya, keberadaan hoaks ini sangat dekat dengan diri setiap pengguna. Hal itu disebabkan karena geliat dunia informasi berkembang dengan sangat luar biasa, bahkan membanjiri kita.  


Namun hal itu, di sisi lain bisa saja membuat para pengguna dihadapkan dengan hal yang negatif. Salah satunya hoaks. 

"Hoaks bisa memberi ancaman dengan meningkatkan ketidakpastian, mengacaukan kebenaran, menyulut kepanikan sosial, mendorong perpecahan, menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan melemahkan ketahanan nasional," tuturnya. 


"Untuk itu, dalam hal ini sangat dibutuhkan peran para generasi muda atau milenial. 


"Generasi muda berusia di bawah 40-an tahun. Usia tersebut merupakan orang yang paling banyak mengakses media sosial. Jadi kita yang generasi yang paling banyak menggunakan media sosial harus bisa mengedukasi masyarakat agar tidak termakan oleh hoaks," katanya.


Ia mengatakan bahwa untuk memanfaatkan perannya tersebut, dibutuhkan pula literasi digital. 


Untuk itu, Dirjen Aptika Kemkominfo, Samuel A Pangerapan, B.Sc mengatakan bahwa pihaknya akan menjadi garda terdepan dalam penanaman literasi digital ini kepada masyarakat.  

"Karena penggunaan internet perlu dibantu dnegan kapasitas literasi digital yang mumpuni agar masyarakat dapat memanfaatkan dengan produktif, bijak dan tepat guna," jelasnya. 


Sebab jika dilihat dari kondisi yang ada, tingkat literasi digital di Tanah Air kini masih belum mencapai tahap yang lebih baik. 


"Saat ini indeks literasi digital Indonesia masih berada pada angka 3,49 dari skala 5, yang artinya, masih dalam kategori sedang belum mencapai tahap yang lebih baik. Angka ini perlu terus kita tingkatkan sehingga menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan litrerasi digital," pungkasnya.

©Sonny/Tajuknews.com/tjk/06/2022.


Komentar

Berita Terkini