|

IKLAN BANNER

IKLAN BANNER
PEMILU 2024

Kesultanan Oman Gelar Pameran Budaya dan Toleransi Internasional


Pemerintah Kesultanan Oman selenggarakan pameran budaya yang bertepatan dengan HUT ke 49 Hari Nasional Kesultanan Oman dan menyambut Hari Toleransi Internasional yang akan di rayakan terpisah sebagai kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Kesultanan Oman di Perpustakaan Nasional, Jakarta, 12/11/19. Turut hadir DR. Mohammed Al Mamari Pengurus Message Of Islam Kesultanan Oman, Dr. Muhammad Sanusi, The Network For Religius and Tradisional peace maker , dan Goeoge Popp dari Jerman. Foto : Sonny / Tajuknews.com/tjk@11/2019.



TAJUKNEWS.COM, Jakarta.  - Pemerintah Oman menyelenggarakan pameran yang bertepatan dengan HUT ke 49 Hari Nasional Kesultanan Oman dan menyambut Hari Toleransi Internasional yang akan dirayakan pada cara terpisah sebagai kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Kesultanan Oman. Kedua negara memiliki sejarah pertukaran budaya yang panjang dan kaya antara orang-orang dari latar belakang geografis dan spritual yang berbeda.

Pameran " Toleransi, Pemahaman, Koeksistensi , pesan Islam Iman " di gelar bersama di Indonesia oleh kementerian Wakaf dan Agama Kesultanan Oman yang turut hadir sebagai pembicara, Dr. Mohammad Al Mamari , Dr. muhammad Sanusi, The Network For Religius and Tradisional  Peace Maker, George Popp dari Jerman berlangsung di Perpustakaan Nasional Indonesia, Jakarta, 12/11/2019.

" Bersosialisasi dengan orang-orang secara adil dan maafkan mereka yang menyakitimu, dan selalu bersikap dengan cara yang terbaik", kutipan Imam Ash- Syafi'i.

Melalui pertukaran budaya ini semakin memperkuat yang sudah baik sudah sangat baik antara dua netane persaudaraan. Acara budaya yang datang dari Oman ini bertepatan dengan HUT ke 49 Hari Nasional Kesultanan Oman dan Hari Toleransi Internasional, yang akan dirayakan pada acara terpisah sebagai ketua sama antara Pemerintah Indonesia dan Kesultanan Oman.

" Konstitusi kedua negara menyediakan kebebesan beragama , toleransi dan koeksistensi damai adalah nilai-nilai, yang hadir di seluruh kehidupan sehari-hari di Indonesia dan juga di Kesultanan Oman.




Maksud dari pameran ini adalah untuk menunjukan toleransi beragama, pemahaman antar budaya dan dialog antar agmaa sambil menggambarkan menggambarkan bagaimana Islam dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat Arab modern di Oman. Islam di Oman adalah penghubung di antara berbagai denominasi agama di negara itu dan membantu melindungi identitas budaya di masa-masa perubahan besar ini.

"Pameran ini menunjukkan bahwa "kemajuan" tidak selalu berjalan seiring dengan hilangnya identitas budaya," Al Mamari. Pameran ini juga memberikan pengalaman yang mengesankan bagi pengunjung," ujarnya.



DR. Mohammad Al Mamari, Pengurus Message of Islam Oman. Foto; Sonny/tajuknya.com/tjk@11/2019.


" Bahwa Islam tiba di Oman dengan damai pada masa Rasulullah ( Muhammad ) SAW pada tahun 629 SM , Raja-raja Oman  Abdul dan Jalfar ,buang merupakan putra Raja Julanda , mebermen surat dari Nabi ( SAW) , yang mendorong mereka untuk masuk Islam.  Kedua raja kemudian mengirim delegasi untuk bertemu dengan Nabi (SAW) dan setelah mereka kembali , kedua raja terkesan dengan umpan balik positif yang mereka terima dan memutuskan untuk memeluk Islam.

Saat ini sejumlah besar warga negara dan elspatriat yang mengikuti berbagai sekte dan agama Islam hidup secara harmonis di Oman, di.mana pilihan beban dan pelaksanaan agama dijamin dalam Undang-undang Dasar Negara yang juga melarang. Diskriminasi terhadap individu berdasarkan agama atau agama kelompok, yaitu ada gereja-gereja krisKri dari berbagai denominasi, serta kuil-kuil untuk umat hindu, umat Buddha dan Umat Sikh.

George Popp /Foto: Sonny/tajuknews.com/tjk@11/2019.


Menurut, " George Popp yang sangat penting untuk keberhasilan dalam pembangunan modern  di Kesultanan Oman , selain perencanaan cerdas adalah identitas agama Oman ,yang berdasarkan pada prinsip-prinsip Islam dalam kaitannya dengan budaya norma  dan konteks sejarah, " jelasnya.

Hal yang sama juga di jelaskan Muhammad Sanusi dari The Network For Religius Tradisional Peace Maker, " keyakinan masyarakat Oman akan agamanya untuk memberikan kebebasan beragama serta toleransi di setiap kegiatan beribadah.

Ada tiga Visi yang jelas untuk pertanggung jawaban atas urusan agama semua sekte agama di negara Oman melalui Menteri  Wakaf dan Agama yang mulia Sheikh Abdullah Al-Salimi, " yang pertama ,buang terdiri dari orang-orang Kristen ,Yahudi dan Muslim,buang percaya pada satu Tuhan dan sebuah kitab suci , yang kedua, Ateis yang telah hilang kepercayaan pada agama, dan kelompok ketiga mewakili sebuah berbagai ide keagamaan dan spritual.

"Kami berusaha untuk mrmpertahankan dialog yang konstruktif dan tulus dengan para sarjana  dan perwakilan dari semua kelompok ini," ujarnya.

Dr.Muhammad Sanusi, The Network For Religius and Tradisional Peace Maker. Foto; Sonny/tajuknews.com/tjk@11/2019.


" Tujuan pertukaran adalah untuk merefleksikan dasar pemikiran kita, moralitas yang sama ,dan rasa keadilan yang sama. Hanya ketika kita menyadari kesamaan ini dan ini membentuk dasar dari tindakan kita, sambil menerima petbedper budaya kita dan anak-anak kita akan menikmati masa depan yang damai." Ujar Sanusi.

Pameran ini terdiri dari 24 panel dengan teks dan grafik yang membahas praktik agama di masyarakat Arab modern.

Pameran yang akan memutarkan film dokumenter pendek " Toleransi Beragama di Oman" oleh pembuat film asal Jerman yakni pemenang Wolfgang Ettlich, " yang ditugaskan oleh Kementerian Wakaf dan Urusan Agama untuk mendokumentasikan  kehidupan beragama di negara tersebut. Pameran tersebut juga akan menampilkan Kaligrafi, Artefak dan Karya Seni yang menerangi peran Islam dalam Masyarakat kontemporer Oman

Di Sela pameran di tampilkan pertunjukan Seni pasir oleh Artis Oman yang berbakat, Nasheed Performance oleh Vokalis Oman, kaligrafi dan lokakarya seni serta program untuk anak-anak.

Pameran yang akan  berlangsung  selama periode 14 November hingga 18 November 2019 di Perpustakaan Nasional Indonesia.

Pameran telah dipentaskan dilebih dari 120 kota di 38 negara di seluruh dunia dan di selenggarakan dan universitas , lembaga agama dan budaya, perpustakaan serta badan pemerintah dan internasional seperti UNESCO dan PBB, " pungkasnya.

Sonny/tajuknews.com/tjk@11/2019.

Komentar

Berita Terkini