Ketua Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI/Polri (GM FKPPI) Satria M Adipratama. |
TAJUKNEWS.COM, Jakarta. - Sejarah telah mencatat jika generasi muda menjadi peran penting dalam meraih kemerdakaan bangsa Indonesia. Pemuda juga merupakan sebagai generasi yang membawa agen perubahan menuju kemajuan bangsa.
Konsep dan pemikiran tentang generasi muda atau saat ini disebut generasi milenial mampu menjadi agen perubahan diutarakan oleh Ketua Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI/Polri (GM FKPPI) Satria M Adipratama saat berbincang dengan Tajuknews.com pada Kamis , 23 januari 2020.
“Indonesia ini berada di garis equator bumi, artinya Indonesia merupakan Negara yang sangat subur di banding Negara yang jauh dari garis equator, oleh karenanya banyak Negara lain yang ingin merebut Indonesia, karena sumber daya alamnya yang berlimpah, dan generasi milenial harus peka terhadap ancaman ini , dan generasi milenial nantinya juga akan menjadi garda terdepan 20 atau 30 tahun mendatang,” ungkap Satria.
Namun sebagai agent of change, innovator, dan promoter bangsa, milenial diharapkan mampu menunjukkan taringnya dalam menciptakan perubahan di Indonesia.
Satria memaparkan jika 50 persen penduduk usia produktif saat ini berasal dari generasi milenial dan akan terus meningkat jumlahnya pada 2020 hingga 2030 nanti dan akan naik hingga 70 persen.
"Dimana menurutnya para pemuda harus menjadi agen perubahan yang menjunjung tinggi nilai luhur kebangsaan dan menghormati jasa para pahlawan yang sudah berjuang memberikan kemerdekaan kepada kita sebagai generasi muda hingga saat ini.
Diungkapkan lagi oleh Satria yang juga sebagai, generasi milenial Indonesia harus cerdas dan menjadi agen perubahan yang menyampaikan Nasionalisme bangsa dan menanamkan nilai luhur perjuangan para pahlawan kemerdekaan.
“Indonesia ini ibarat wanita cantik, siapa saja ingin merebut dan memiliki, nah jika kita sebagai generasi muda tidak siap terhadap ancaman itu kita rela akan dijajah kembali, cara menjajah saat ini berbeda dengan menjajah beberapa abad lalu, kita dijajah secara ekonomi , ketahanan pangan dan data,” jelas Satria.
Menurut Satria , Indonesia disatukan oleh perbedaan , bukan menyatukan perbedaan. Artinya berbagai suku dan budaya yang ada ingin menyatu bersama di NKRI hingga lahirlah kemerdekaan Indonesia.
Ancaman lainya adalah di era disrupsi ini bagi generasi milenial adalah data dan melupakan nilai Pancasila dan Dasar Negara yang menjadi pondasi ideologi bangsa ini.
“Negara yang kuat bukan negara yang kuat alustita dan militernya, tapi negara yang kuat ekonomi dan berlimpahnya sumbe daya pangan, jika kita lapar sangat mudah negara asing ingin merebut kedaulatan NKRI, salah satu caranya mereka menyebarkan paham radikalisme yang memecah belah persatuan,” ucap Satria.
“Sektor pendidikan hal penting, untuk membangkitkan jiwa nasionalisme generasi milenial, saya prihatin jika anak sekarang tidak hafal pancasila dan UUD 1945,” cetus Satria.
“Olah raga nomor satu yang digemari anak muda , selanjutnya musik dan mengikuti lainnya ada game, seni tari dan lainnya. Nah lewat hal itu kita bisa sisipi nilai luhur Pancasila dan jiwa nasionalisme agar terus melekat di hati mereka tentang arti perjuangan dan kemerdekaan Indonesia,” pungkas Satria.
Sonny/Tajuknews.com/Tjk@01/2020.