|

IKLAN BANNER

IKLAN BANNER
PEMILU 2024

Firdaus Ali, " Air Minum Galon Bermerk di Pasaran Aman Dikonsumsi "

 Air galon yang beredar di pasaran pasti aman untuk dikonsumsi karena telah mengantungi izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan sesuai dengan standar nasional , di Jakarta, 20/06/2021. Air galon yang dikeluarkan brand tertentu secara otomatis mereka sudah mendapat izin dari BPOM. Jadi, pasti aman untuk dikonsumsi dibandingkan air dari depot isi ulang. @Sonny/tajuknews.com/tjk/Juni/2021.

 

TAJUKNEWS,COM, Jakarta. - Founder Indonesia Water Institute (IWI) sekaligus Pakar Tata Air,  Firdaus Ali, menyatakan air galon yang beredar di pasaran pasti aman untuk dikonsumsi karena telah mengantungi izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan sesuai dengan standar nasional. Menurutnya, yang seharusnya diwaspadai masyarakat itu adalah air yang digunakan dari depo isi air ulang.  

 

“Air galon yang dikeluarkan brand tertentu secara otomatis mereka sudah mendapat izin dari BPOM. Jadi, pasti aman untuk dikonsumsi dibandingkan air dari depot isi ulang,” kata Firdaus Ali dalam sebuah tayangan televisi swasta baru-baru ini.

 

Jika konsumen memilih mengisi ulang galon dengan menggunakan air dari depo isi ulang, Firdaus meminta masyarakat untuk memastikan depo air isi ulang itu memiliki sertifikasi dari dinas kesehatan. “Itu untuk memastikan kualitas dan keamanan air minumnya,” tukasnya. 

 

Akhir-akhir ini beredar di media sosial informasi hoaks mengenai kandungan Bisfenl A (BPA) pada galon air minum guna ulang yang diklaim berbahaya bagi bayi, balita, dan ibu hamil.

 

Menanggapi isu ini, BPOM RI telah memberikan pernyataan resmi. Dijelaskan, berdasarkan hasil pengawasan BPOM terhadap kemasan galon AMDK yang terbuat dari Polikarbonat (PC) selama lima tahun terakhir, menunjukkan bahwa migrasi BPA di bawah 0,01 bpj (10 mikrogram/kg) atau masih dalam batas aman.

“Untuk memastikan paparan BPA pada tingkat aman, Badan POM telah menetapkan Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Peraturan ini mengatur persyaratan keamanan kemasan pangan termasuk batas maksimal migrasi BPA maksimal 0,6 bpj (600 mikrogram/kg) dari kemasan PC,” demikian rilis BPOM.

 

Kajian Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) menyatakan belum ada risiko bahaya kesehatan terkait BPA karena data paparan BPA terlalu rendah untuk menimbulkan bahaya kesehatan. EFSA menetapkan batas aman paparan BPA oleh konsumen adalah 4 mikrogram/kg berat badan/hari. Sebagai ilustrasi, seseorang dengan berat badan 60 kg masih dalam batas aman jika mengonsumsi BPA 240 mikrogram/hari. Penelitian tentang paparan BPA (Elsevier, 2017) menunjukkan kisaran paparan sekitar 0,008-0,065 mikrogram/kg berat badan/hari, sehingga belum ada risiko bahaya kesehatan terkait paparan BPA.

 

Beberapa penelitian internasional juga menunjukkan penggunaan kemasan PC termasuk galon AMDK secara berulang tidak meningkatkan migrasi BPA.

 

Karenanya, BPOM juga mengimbau masyarakat agar menjadi konsumen cerdas dan tidak mudah terpengaruh oleh isu yang beredar. 

 

Penegasan serupa juga disampaikan Kemenperin. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Abdul Rochim, menyampaikan bahwa produk kemasan galon guna ulang aman bagi konsumen. Hal ini karena telah melalui proses pengujian parameter Standar Nasional Indonesia (SNI) di laboratorium yang telah ditunjuk dan mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN).

"Pengawasan terhadap produk AMDK ini kan juga dilakukan secara berkala. Termasuk di dalamnya pengawasan terhadap fasilitas dan proses pembersihan galon guna ulangnya," ungkapnya.

 

Direktur Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan dan Halal BSN, Wahyu Purbowasito, juga mengatakan produk yang memiliki logo SNI seperti galon guna ulang sudah melalui pemeriksaan (audit), baik dari sisi kesesuaian produk terhadap SNI yang ada maupun konsistensinya, termasuk parameter yang melindungi konsumen dari bahaya akibat penggunaan produk tersebut. “Apalagi sertifikasi produk tersebut  dilakukan oleh pihak ketiga yang bebas dari interest tertentu, sehingga diharapkan bisa lebih obyektif dalam menilai suatu produk,” ungkapnya.

 

Pakar Teknologi Pangan dari Institut Pertanian Bogor, Dr. Eko Hari Purnomo, mengatakan, sangat kecil kemungkinan terjadinya migrasi BPA ke dalam air yang ada dalam galon guna ulang yang berbahan Polikarbonat (PC). “Itu karena air bukan pelarut yang baik untuk BPA, apalagi pada suhu ruangan. Hasil studi juga menemukan kecil kemungkinan untuk BPA bermigrasi dalam air,” ujarnya.  

 

Beberapa peneliti di luar negeri seperti Eropa dan Amerika yang mengingatkan akan bahaya Bisfenol A (BPA) terhadap kesehatan manusia khususnya calon bayi ibu hamil dan bayi, hal itu juga lebih ditujukan kepada kemasan botol susu bayi dan bukan air kemasan galon. Karena, susu bayi itu mengandung lemak yang bisa melarutkan BPA sehingga bisa mempercepat migrasinya dari kemasan. “Tapi jika botol itu hanya berisi air saja, kecil kemungkinan BPA itu akan bermigrasi karena air tidak bisa melarutkan BPA,” tuturnya.

@Sonny/Tajuknews.com/tjk/Juni/2021.

Komentar

Berita Terkini