TAJUKNEWS.COM/ Jakarta. - Penerapan sustainable finance
terus menjadi concern utama seluruh kalangan industri, tak terkecuali
industri keuangan. Hal ini dilakukan untuk menjawab isu lingkungan sebagai
tantangan global terbesar di masa depan.
Salah satunya adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI yang senantiasa terus berkomitmen menerapkan sustainable
finance atau keuangan berkelanjutan, sebagai dukungan terhadap program
ekonomi hijau pemerintah.
Seperti diketahui, isu lingkungan
sendiri masuk dalam top ten global risk dalam kurun waktu 10 tahun
mendatang. Pemerintah Indonesia dalam hal ini berkomitmen untuk menurunkan
sekitar 32% efek gas rumah kaca pada 2030.
Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin
Lutfiyanto mengatakan, BRI bersama-sama dengan seluruh stakeholder berupaya
untuk merealisasikan target tersebut. “Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri,
namun harus berkolaborasi dengan seluruh stakeholder. Artinya ketika
kita bicara green economy yang merupakan bagian dari sustainable
finance, pasti ada kontribusi pemerintah, ada kontribusi dari sektor riil,
ada kontribusi dari sektor keuangan, dan tidak kalah penting adalah ada juga
kontribusi dari masyarakat secara umum,” ujarnya dalam acara Green Economy
Forum, Selasa (6/6/2023) di Jakarta.
Adapun untuk BRI sendiri, bank terbesar
di Indonesia ini mencatat pertumbuhan penyaluran kredit berkelanjutan sebesar
11,1% secara tahunan atau year-on-year (yoy). Angkanya bertambah menjadi
Rp710,9 triliun pada akhir kuartal I-2023 dari yang sebelumnya Rp639,9 triliun per
kuartal I-2022. Dengan kinerja tersebut, BRI optimistis dapat menjadi market
leader dalam penerapan ESG.
Kredit berkelanjutan tersebut
disalurkan pada berbagai sektor, diantaranya adalah segmen UMKM, energi
terbarukan, hingga transportasi ramah lingkungan. Adapun kontribusi segmen UMKM
menjadi yang terbesar dengan persentase hingga 88,7% terhadap potofolio Kredit
Kriteria Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) BRI atau setara Rp630,7 triliun.
Dorong Ekonomi Hijau
Solichin yang juga menjadi pengurus di
bidang Legal dan ESG Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) menjelaskan, ekonomi
hijau di Tanah Air perlu terus didorong. Dia memaparkan, bahwa portofolio sustainable
finance 4 bank terbesar di Indonesia mencapai sekitar Rp1.290 triliun. Dari
jumlah itu, porsi green project baru Rp326 triliun dan sisanya aspek
sosial.
Oleh karena itu, dalam memandang
ekonomi hijau yang lebih spesifik dari keuangan berkelanjutan, menurutnya bisa
dilihat dari sisi aset maupun liabilitas. Dari sisi aset merupakan portofolio
pinjaman yang bergantung pada demand. Dari sisi liabilitas akan
menyangkut regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan yang sudah siap
sekarang ini adalah green bond.
Sementara dari sudut pandang perbankan,
harapannya ada insentif untuk menerbitkan green bond. Sebab, ketika bank
menerbitkan green bond akan digunakan untuk membayar green project
atau memutar ekonomi hijau.
“Nah green project itu pasti
inginnya ada special interest. Kalau ingin pembiayaan green project
makin cepat dengan potensi yang makin besar ke depan, mari sama-sama kita
dukung dari seluruh stakeholder, agar nanti kalau perbankan menerbitkan green
bond mendapatkan special interest, dapat diskon tidak harga premium
seperti sekarang,” tutupnya.
@Sonny/Tajuknews.com/tjk/06/2023.
#SustainableFinance #BankRakyatIndonesia #Indonesia