|

IKLAN BANNER

IKLAN BANNER
Jejak Cakap Digital & Jejak Kreasi

Dirut PT SMS Akhmad Sumarling, Mengajak Pemerintah Berikan Ruang Kolaborasi Pemanfaatan SDA Mineral di Daerahnya

 

Akhmad Sumarling Direktur Utama PT.  Sulteng Meneral Sejahtera (SMS) Seorang pengusaha tambang lokal Sulawesi Tengah (Sulteng), Akmhad Sumarling di Jakarta (16/5/25) mengatakan," Ada sejumlah kendala regulasi yang dihadapi oleh pelaku pertambangan rakyat di Indonesia,  konsep kolaborasi antara masyarakat pemilik sumber daya dengan korporasi sebagai solusi untuk memberdayakan madagaskar sekaligus mengoptimalkan potensi sumber daya alam. @Sonny/Tajuknews.com/tjk/05/2025.


TAJUKNEWS.COM/ Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyetujui 63 Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang diajukan perusahaan tambang ore nikel di Sulawesi Tenggara (Sultra).


“Per 10 Februari 2025, berdasarkan tembusan yang kami terima, perusahaan yang telah memiliki kuota RKAB sebanyak 63 perusahaan,” ungkap kabid Minerba Dinas ESDM Sultra, Muhammad Hasbullah, dikutip nikel.co.id 


Akhmad Sumarling Direktur Utama PT.  Sulteng Meneral Sejahtera (SMS) Selaku pengusaha tambang lokal Sulawesi Tengah (Sulteng), Akmhad Sumarling di Jakarta (16/5/25) mengatakan," Ada sejumlah kendala regulasi yang dihadapi oleh pelaku pertambangan rakyat di Indonesia".


"Inisiatif dan gagasan yang disampaikan oleh Akhmad ini membuka ruang diskusi penting mengenai masa depan pertambangan rakyat di Indonesia. Konsep kolaborasi dan perlunya penyederhanaan regulasi menjadi poin-poin krusial yang diharapkan dapat dipertimbangkan oleh pemerintah demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat lokal dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.


"Konsep kolaborasi antara masyarakat pemilik sumber daya dengan korporasi sebagai solusi untuk memberdayakan madagaskar sekaligus mengoptimalkan potensi sumber daya alam," ujarnya.


"Meskipun pemerintah memiliki niat baik, regulasi yang bersifat general seringkali tidak mengakomodasi perbedaan sosial dan budaya di berbagai wilayah seperti Medan, Sulawesi, dan Kalimantan," terangnya. 


“Sehingga saya tidak pernah mau berdebat tentang regulasi, tetapi kalau pemerintah lebih memperhatikan, kan ada ruang-ruang diskresi,” kata Direktur Utama PT Sulteng Mineral Sejahtera (SMS) itu," tuturnya.


Beliau juga melihat potensi sumber daya mineral di Sulteng, khususnya yang kini menjadi perhatian global. Ia bahkan menyebutkan bahwa wilayah seperti Morowali lebih dikenal oleh beberapa pihak internasional dibandingkan Jakarta.


Lebih lanjut Akhmad menjelaskan,"bahwa inisiatifnya ini berawal dari sebuah proyek percontohan (pilot project) yang ia anggap sebagai langkah konkret, bukan lagi sekadar eksperimen". 


“Saya sudah apply dengan berbagai tantangan di lapangan,” katanya. 


"Salah satu poin utama yang disoroti adalah ketidaksesuaian antara kebijakan di tingkat pusat dengan implementasi di daerah," ucapnya.


"Hal ini seharusnya menjadi peluang bagi masyarakat lokal untuk berperan lebih aktif dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayahnya,"jelasnya.


Akhmad Sumarling Direktur Utama PT.  Sulteng Meneral Sejahtera (SMS) Seorang pengusaha tambang lokal Sulawesi Tengah (Sulteng), Akmhad Sumarling di Jakarta (16/5/25) mengatakan," Ada sejumlah kendala regulasi yang dihadapi oleh pelaku pertambangan rakyat di Indonesia,  konsep kolaborasi antara masyarakat pemilik sumber daya dengan korporasi sebagai solusi untuk memberdayakan madagaskar sekaligus mengoptimalkan potensi sumber daya alam. @Sonny/Tajuknews.com/tjk/05/2025.


“Harapan terbesar saya dengan teman-teman kumpul ini, paling tidak menjadi corong,” ungkapnya, merujuk pada pentingnya peran media dalam menyampaikan aspirasi masyarakat daerah," tambahnya. 


"Perlunya koreksi dan masukan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, bukan hanya pujian semata,"ujarnya.


Ketidakadilan dalam pembagian lahan pertambangan juga menjadi perhatian seriusnya,Ia mencontohkan bagaimana korporasi dapat mengelola area yang sangat luas, sementara masyarakat lokal hanya mendapatkan alokasi yang jauh lebih kecil.


Akhmad menegaskan, " Dari situ bentuk ketidakadilannya kelihatan bahwa kenapa ini kita pemilik sumber daya tapi terlalu,  dikerdilkan", Imbunya.


Sebagai solusi, Akhmad menggagas sebuah model kolaborasi hulu-hilir yang melibatkan masyarakat sebagai pengelola di tingkat awal dan korporasi sebagai pengolah di hilir. 


Beliau mengeluarkan idenya untuk membangun smelter skala kecil yang dapat dioperasikan oleh masyarakat lokal, sehingga memberikan manfaat ekonomi yang lebih langsung kepada mereka dan meminimalisir dampak lingkungan akibat pengiriman bahan mentah ke luar daerah.


Kendala perizinan yang rumit dan memakan waktu lama juga menjadi sorotan. 


Berdasarkan pengalamannya mengurus perizinan yang berlarut-larut, bahkan untuk hal-hal mendasar.

Pengusaha ini berharap inisiatifnya dapat menjadi rule model bagi pengelolaan pertambangan rakyat di seluruh Indonesia. 


Ia juga telah menyampaikan surat terbuka kepada mantan Presiden Joko Widodo mengenai kendala-kendala yang dihadapi dan potensi solusi yang ditawarkan.


Meskipun belum mendapatkan respons langsung, ia mengaku tetap optimis bahwa suaranya dapat menjadi early warning bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pertambangan yang lebih berpihak pada masyarakat daerah.


“Tidak muluk-muluk harapan kami karena kalau sudah diundangkan itu kan mengubahnya juga tidak gampang," Jelasnya.


"Tapi paling tidak ini menjadi early warning sehingga next policy, kebijakan yang akan dibuat berikutnya oleh pemerintah itu sudah bisa menjadikan, mendengar yang apa kita ini,” Tukasnya.


@Sonny/Tajuknews.com/tjk/05/2025.

Komentar

Berita Terkini